“Kita semua pernah terluka, tapi tak semua luka terlihat. Seperti Luka batin..”
Pernah nggak sih, kamu lagi ngerasain sakit, tapi nggak tau harus cerita ke siapa?
Atau malah kamu bingung sendiri kenapa bisa sesedih itu padahal nggak kelihatan ada yang salah dari luar?
Itulah yang namanya luka batin.
Luka yang nggak berdarah, tapi terasa seperti ada yang sobek atau retak di dalam diri.
Kadang, luka itu datang dari masa kecil, dari kata-kata orang tua, dari hubungan yang nggak sehat, penghianatan, kehilangan, penolakan, bahkan harapan yang nggak jadi kenyataan.
Dan, karena lukanya nggak kelihatan, banyak dari kita yang memilih untuk..
Pura-pura seolah nggak terjadi apa-apa..
Padahal luka batun yang masih disimpan bisa berubah jadi racun yang lama-lama bisa memperburuk diri sendiri.
Seperti kata Carl Jung:
“I am not what happened to me, I am what I choose to become.”
Tapi untuk bisa jadi pribaddi yang kuat, kita perlu mengakui bahwa..
Kita pernah terluka.
Table of Contents
Apa itu Luka Batin? Kenapa Menyakitkan?
Dari salah satu buku yang aku baca dengan judul Yang Belum Usai karya Pijar Psikologi,
Luka batin adalah dampak emosional dari pengalaman traumatis atau menyakitkan.
Psikolog juga menyebut ini sebagai emotional wounds yang bisa mempengaruhi cara kita berpikir, merasa, sampai menjalani hidup sehari-hari.
Menurut sebuah studi dari Journal of Affective Disorders (2010), luka batin yang tidak disadari dapat memicu gangguan kecemasan, depresi, bahkan gangguan kepribadian dalam jangka panjang.
Luka ini nggak cuman menyakitkan karena apa yang sudah terjadi,
Tapi lebih karena makna yang kita rasakan pada kejadian itu..
Contoh sederhana dalam kehidupan remaja, luka karena ditolak misalnya.
Bisa jadi terasa sangat menyakitkan karena kita merasa “tidak cukup berharga”.
Luka karena sebuah pengkhianatan mungkin terasa seperti kehilangan kepercayaan pada semua orang.
Langkah Awal: Mengakui Kalau Kita Sedang Terluka
Satu hal yang mungkin sulit untuk dilakukan, khususnya kalau kita masih dalam fase penyangkalan,
Adalah mengakui kalau kita benar sedang terluka..
Menyembuhkan luka batin itu nggak bisa terjadi kalau kita sendiri masih menyangkal lukanya.
Mengakui kalau kita terluka, itu bukan tanda dari kelemahan..
Justru itu bentuk dari keberanian. Keberanian untuk menghadapi masa lalu. Keberanian untuk sembuh.
Dan.. keberanian untuk mengenali emosi yang selama ini kita pendam, kita kubur dalam-dalam..
Terkadang, saat kita mulai jujur pada diri sendiri, barulah proses penyembuhan bisa dimulai..
Proses Menyembuhkan Luka Batin Itu Nggak Instan, Tapi Mungkin..
Setiap orang punya proses yang berbeda. Tapi ada beberapa hal yang bisa membantu kita mulai pulih:
Menulis atau Journaling
Aku tahu tidak setiap orang suka menulis, suka membaca.
Tapi setidaknya untuk kali ini, cobalan untuk menulis perasaan secara jujur di buku.
Ini bisa jadi cara sederhana tapi efektif untuk mengurangi emosi yang kita pendam.
Ini disebut sebagai expressive writing, yang menurut penelitian dari Pennebaker & Beall (1986), dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental.
Bicara pada Orang yang Dipercaya
Kita tidak boleh melupakan fakta kalau kita ini adalah makhluk sosial.
Sehingga masih membutuhkan pertolongan/bantuan orang lain.
Kadang itu kita cuma butuh didengar. Bukan untuk dihakimi.
Bukan untuk dikasih solusi. Tapi untuk diakui perasaannya.
Menerima dan Memaafkan
Menerima bahwa masa lalu tidak bisa diubah..
Tapi makna dari masa lalu bisa kita ubah.
Memaafkan bukan berarti membenarkan yang salah, tapi melepaskan beban yang nggak lagi ingin kita bawa.
Terapi atau Bantuan Profesional
Kalau luka batin sudah terasa terlalu dalam atau mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan pernah ragu untuk meminta bantuan profesional.
Konseling atau terapi psikologis bukan hal yang memalukan.
Justru itu bentuk self-care yang paling tinggi.
Menemukan Hikmah dari Luka yang Pernah Ada..
Percayalah bahwa dalam hidup ini, kita akan selalu bisa menemukan hikmah dari setiap peristiwa yang kita alami.
Setelah melewati proses yang panjang, akan tiba satu titik ketika kita bisa melihat ke belakang dan berkata.
“Ternyata,.. aku sudah sejauh ini ya..”
Luka itu memang sakit. Tapi kalau kita mau, luka itu bisa jadi guru.
Ia akan mengajarkan kita tentang empati. Tentang batas diri. Tentang bagaimana mencintai dengan sehat, dan mencintai diri sendiri lebih dulu..
Seperti kata Rumi,
“The wound is the place where the light enters you.”
Kadang, dari luka-luka itu, kita justru menemukan versi terbaik dari diri kita sendiri.
Luka Batin Bisa Disembuhkan, Asal Kita Mau Memulai..
Kalau kamu sedang berjuang dengan luka yang nggak terlihat, percayalah…
Kamu nggak sendirian..
Nggak apa-apa kalau hari ini kamu belum pulih sepenuhnya. Yang penting, kamu sudah memilih untuk mulai.
Karena penyembuhan bukan tentang terburu-buru.
Tapi tentang pelan-pelan berdamai dengan apa yang pernah menyakitimu.
Dan tetap berjalan, meski kadang masih terasa perih..