Penyebab Kesehatan Mental yang Sering Banget Kita Abaikan

Banyak penyebab kesehatan mental yang datang diam-diam. Kenali hal-hal kecil yang sering kita abaikan sebelum luka itu jadi terlalu dalam.
Penyebab Kesehatan Mental yang Sering Banget Kita Abaikan

Penyebab Kesehatan Mental yang Sering Banget Kita Abaikan

Picture of Farhan Anggara
Farhan Anggara
Graphic Designer & Digital Marketer
Banyak penyebab kesehatan mental yang datang diam-diam. Kenali hal-hal kecil yang sering kita abaikan sebelum luka itu jadi terlalu dalam.
Penyebab Kesehatan Mental yang Sering Banget Kita Abaikan

Banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan mental, maka dari itu kita disini akan bahas soal penyebab kesehatan mental.

Pernah gak sih, kamu bangun pagi… semua hal kelihatan baik-baik aja, tapi rasanya pengen rebahan seharian?

Bukan karena ngantuk, bukan juga karena sakit fisik. Tapi kayak… berat aja.

Kamu makan, kamu kerja, kamu ketawa di grup WA, tapi begitu sendirian, tiba-tiba kosong.

Nggak ngerti kenapa, dan yang lebih menyakitkan—kamu juga gak tahu harus cerita ke siapa.

“Aku nggak capek, tapi aku juga gak baik-baik aja.”
Dan kalimat itu, entah kenapa, rasanya makin sering muncul di kepala.

Kita sering berpikir penyebab kesehatan mental terganggu itu cuma karena trauma besar: kehilangan, kekerasan, kecelakaan.

Padahal, sering kali justru datang dari hal-hal kecil yang kita abaikan setiap hari.

Rasa lelah yang gak diakui, tekanan yang disimpan diam-diam, hingga komentar kecil yang nyangkut terlalu dalam.

Dan karena gak kelihatan, banyak dari kita memilih diam.

Padahal luka yang gak kelihatan, justru yang paling lama sembuhnya.

Apa Itu Kesehatan Mental dan Kenapa Bisa Menurun?

Penyebab kesehatan mental bukan cuma soal “stres” atau “sedih.”

Penyebab kesehatan mental itu tentang bagaimana kita mengelola emosi, berpikir jernih, dan menjalani hidup dengan utuh—meski hidup gak selalu baik-baik saja.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah kondisi sejahtera di mana seseorang mampu:

  • Menyadari potensinya sendiri
  • Mengatasi tekanan hidup normal
  • Bekerja secara produktif
  • Berkontribusi pada komunitas

Masalahnya, hidup modern hari ini jarang “normal.”
Tekanan sosial makin tinggi, ekspektasi makin rumit, dan waktu buat diri sendiri makin menipis.

Semua itu bisa jadi penyebab kesehatan mental terganggu—bahkan sebelum kita sempat menyadarinya.

Dan yang sering terlewat: penyebabnya gak harus besar.
Bisa dari hal sepele yang terus-menerus kita anggap “gak apa-apa.”

Ada dua jenis faktor utama yang memengaruhi penyebab kesehatan mental:

Faktor Internal

  • Genetik
  • Kepribadian
  • Pengalaman masa kecil
  • Kondisi neurobiologis

Faktor Eksternal

  • Lingkungan sosial
  • Beban kerja
  • Media sosial
  • Tekanan budaya
  • Relasi yang toxic

Studi dari Mental Health Foundation UK juga menyebutkan bahwa faktor eksternal seperti stres pekerjaan, tekanan ekonomi, dan media sosial punya kontribusi besar dalam meningkatnya angka gangguan mental di usia 18–35 tahun.

Jadi wajar kalau kamu ngerasa capek tapi gak tahu kenapa.
Mungkin karena selama ini kita sibuk mengejar banyak hal… tapi lupa jaga diri sendiri.

7 Penyebab Kesehatan Mental yang Sering Banget Dianggap Sepele

Kadang kita pikir penyebab kesehatan mental itu rusak karena satu kejadian besar.

Padahal yang sering bikin runtuh justru hal kecil yang datang pelan-pelan.
Gak kelihatan, tapi numpuk.

Berikut ini 7 penyebab kesehatan mental terganggu yang sering banget kita abaikan:

1. Kurangnya Waktu Istirahat Emosional

Kita sering istirahat badan, tapi jarang istirahat hati.

Terus memaksa diri untuk kuat, positif, produktif—tanpa sadar hati kita udah lelah.

Padahal kadang, kita cuma butuh diem sebentar… dan mengakui kalau kita gak sekuat itu.

2. Terlalu Sering Membandingkan Diri di Media Sosial

Scroll TikTok, lihat orang seusia kita sukses besar… lalu ngerasa gagal sendiri.

Menurut studi dari University of Pennsylvania, penggunaan media sosial lebih dari 30 menit/hari bisa meningkatkan kecemasan dan perasaan tidak berharga.

Sosial media bikin kita lupa: yang kita lihat itu highlight, bukan realita penuh.

3. Lingkungan yang Toxic Tapi Dinormalisasi

Teman yang suka menyindir, kantor yang suka eksploitasi, keluarga yang invalidasi perasaan.

Tapi kita tetap bertahan karena “udah biasa” atau “yang penting gak dipukul.”

Padahal invalidasi halus bisa jadi penyebab kesehatan mental merosot secara perlahan.

4. Gak Punya Arah atau Tujuan Hidup

Hidup jalan terus, tapi gak tahu mau ke mana.

Rutinitas dijalani, tapi hati kosong.

Kehilangan makna hidup bisa memicu krisis identitas dan burnout emosional.

5. Menumpuk Emosi Tanpa Pernah Dikeluarkan

Dikit-dikit bilang “gapapa.”

Lama-lama jadi gunung yang nunggu meledak.

Emosi yang gak diolah bisa berubah jadi ledakan kecemasan, marah, atau depresi.

6. Perfeksionisme yang Diam-Diam Menguras Mental

Pengen semuanya sempurna.

Takut gagal. Takut gak cukup.

Perfeksionisme sering tersamar sebagai ambisi, padahal bisa jadi jebakan mental yang menguras diri perlahan.

7. Pola Hidup yang Gak Seimbang

Tidur 3 jam, kerja 12 jam, ngopi 3 kali, makan asal-asalan.

Tubuh kelelahan, pikiran makin kacau.

Kesehatan mental gak bisa dipisah dari kondisi fisik.

Baca Juga: Mengatasi Stigma Kesehatan Mental: Saatnya Berani Bicara dan Peduli

Tanda-Tanda Kalau Kesehatan Mentalmu Lagi Gak Baik-Baik Aja

Kadang, tubuh kita bicara duluan sebelum kita sempat sadar.

Berikut beberapa tanda yang sering muncul saat kesehatan mentalmu terganggu, tapi sering kamu anggap cuma “lagi capek biasa”:

Lebih mudah marah atau tersinggung

Hal kecil langsung bikin emosi.

Suara keras, deadline, atau pertanyaan sederhana bisa terasa menyakitkan.

Susah fokus dan gampang lupa

Padahal kamu udah tidur. Tapi kepala tetap sumpek.

Overthinking bisa menyita kapasitas otak buat mikir jernih.

Kehilangan minat pada hal-hal yang dulu kamu suka

Dulu suka baca, sekarang bahkan pegang buku aja males.

Dulu semangat kerja, sekarang cuma “kerja karena harus.”

Merasa hampa atau kosong

Bukan sedih. Tapi kayak gak ngerasa apa-apa.

Dan itu jauh lebih menakutkan dari sekadar nangis.

Menarik diri dari lingkungan sosial

Mulai nolak ajakan, susah balas chat, dan lebih nyaman sendirian… bukan karena damai, tapi karena lelah berpura-pura.

Kalau kamu nemu 2–3 tanda ini muncul belakangan…
mungkin ini waktunya kamu berhenti sebentar.

Dan jujur sama diri sendiri:
“Apa aku udah terlalu lama pura-pura kuat?”

Karena salah satu penyebab kesehatan mental rusak adalah: kita terlalu lama mengabaikan sinyal dari tubuh dan hati sendiri.

Kenapa Kita Sering Menormalisasi Hal-Hal yang Sebenarnya Gak Sehat

Salah satu alasan kenapa banyak penyebab kesehatan mental gak kita sadari adalah… karena kita sudah terbiasa.

Kita tumbuh dengan kalimat-kalimat seperti:

“Jangan manja, kamu masih beruntung.”
“Kalau sedih ya disimpen aja, jangan bikin drama.”
“Semua orang juga capek, kamu bukan satu-satunya.”

Dan dari situ, kita mulai belajar bahwa:

  • Emosi = kelemahan

  • Minta tolong = beban

  • Cerita soal mental = cari perhatian

Padahal justru dengan berpura-pura kuat terus, kita jadi pelan-pelan mengikis diri sendiri.

Dalam budaya kita, banyak hal toxic yang udah dianggap biasa.
Overworking dianggap keren.
Gak punya boundaries dianggap loyal.
Mengorbankan diri terus-terusan dianggap bukti cinta.

Tapi kalau kamu gak bisa berkata “tidak” tanpa merasa bersalah,
itu bukan tanda kamu peduli…
itu tanda kamu lupa menjaga diri.

Studi dari Journal of Health Psychology juga menunjukkan bahwa tekanan sosial dan ekspektasi budaya terhadap “ketangguhan emosional” bisa memperburuk kondisi psikologis, terutama di masyarakat yang masih tabu membicarakan isu mental health.

Baca Juga: Pentingnya Kesehatan Mental untuk yang Sering Lelah Sendiri

Cara Sederhana untuk Menjaga Kesehatan Mental Sehari-Hari

Meski sudah tahu penyebab kesehatan mental terganggu, kita juga harus tau soal cara menjaganya.

Gak harus langsung ke terapis (meski itu sangat disarankan kalau memang dibutuhkan).

Menjaga kesehatan mental bisa dimulai dari hal-hal sederhana—yang mungkin selama ini kita anggap gak penting.

Berikut beberapa cara yang bisa kamu coba:

Luangkan waktu buat diri sendiri

Sekadar duduk sambil denger lagu, jalan kaki sore, atau journaling.

Me time itu bukan egois, tapi recharge.

Tidur cukup dan jaga pola makan

Tubuh dan pikiran terhubung.

Kalau kamu maksa otak kerja terus tapi gak ngasih istirahat, ya wajar kalau dia ngambek.

Kurangi over-scroll media sosial

Boleh update, tapi batasi screen time.

Kebanyakan perbandingan bisa bikin kamu gak sadar terus ngerasa “kurang.”

Cerita ke orang yang bisa dipercaya

Gak harus cari solusi.

Kadang cuma dengan cerita aja, beban bisa berkurang separuh.

Dan kalau gak ada tempat aman buat cerita, kamu bisa tulis dulu semuanya. Menulis juga bentuk merawat diri.

Sadari batasanmu

Kamu gak harus selalu kuat.

Kamu juga gak harus selalu oke.

Belajar bilang, “Aku butuh istirahat.”

Karena tubuh dan pikiranmu juga punya hak untuk dipedulikan.

Menjaga diri itu bukan selfish. Itu bentuk tanggung jawab—ke diri sendiri dan ke orang-orang yang kamu sayangi.

Baca Juga: Isu Kesehatan Mental: Luka yang Gak Terlihat, Tapi Nyata

Penutup – Gak Semua Luka Harus Berdarah Dulu Baru Dianggap Luka

Kadang kita baru berhenti setelah benar-benar jatuh.
Baru istirahat setelah benar-benar lelah.
Baru minta tolong setelah benar-benar hancur.

Padahal luka gak harus berdarah dulu baru dianggap luka.
Perasaan juga bisa terluka. Dan mental juga bisa kelelahan.

Penyebab kesehatan mental terganggu itu gak selalu dramatis.
Kadang datang dari komentar kecil yang kita anggap bercanda,
dari ekspektasi yang gak pernah kita tolak,
dari diri sendiri yang terlalu sering bilang “aku gapapa.”

Mungkin kamu gak sedang baik-baik aja.
Dan itu bukan salahmu.

Tapi kamu bisa mulai belajar peka.
Mulai belajar mendengar diri sendiri.
Mulai jujur kalau ternyata kamu juga butuh ruang untuk sembuh.

Karena kamu gak harus kuat terus.
Dan kamu juga gak harus tunggu hancur dulu buat istirahat.

Share ya!
Facebook
X
Pinterest
WhatsApp
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *