• Home
  • »
  • Refleksi
  • »
  • Mengatasi Stigma Kesehatan Mental: Saatnya Berani Bicara dan Peduli

Mengatasi Stigma Kesehatan Mental: Saatnya Berani Bicara dan Peduli

Picture of Farhan Anggara
Farhan Anggara
Graphic Designer & Digital Marketer
Banyak orang takut mencari bantuan karena stigma kesehatan mental. Pelajari bagaimana kita bisa mengurangi stigma ini dengan edukasi dan empati.
Stigma Kesehatan Mental

Kalau bahas soal stigma kesehatan mental, sayangnya hal ini itu masih dianggap tabu oleh banyak masyarakat.

Pernahkah nggak, kamu merasa takut untuk berbicara tentang perasaanmu?

Takut dianggap lemah, takut dijudge, takut dihakimi, atau bahkan takut orang-orang akan menjauh hanya karena kamu jujur tentang apa yang kamu alami?

Aku pernah, dan mungkin kamu juga pernah.

Sampai hari ini, tidak sedikit orang yang menganggap kesehatan mental itu bukan hal yang serius atau masih disepelekan.

“Ah, kurang bersyukur aja lu itu..”

“Kamu kurang ibadah makanya kayak begini!..”

“Coba deh jangan terlalu dipikirin.”

Kalimat yang seperti ini akan terus kita dengar dan seakan kesehatan mental itu bisa pulih hanya dengan berpikir positif atau lebih rajin beraktivitas.

Kenyataannya? Nggak semudah itu..

Apa Itu Stigma Kesehatan Mental dan Mengapa Masih Ada?

Gangguan mental, atau kesehatan mental masih sering dianggap sebagai suatu hal yang tabu.

Stigma ini bisa menjadikannya sebagai hal yang negatif, sehingga menganggap orang yang mengalami gangguan mental itu orang yang “lemah” dan “bermasalah”.

Bahkan dalam lingkungan sendiri, mungkin kita akan menjumpai orang yang sedang berjuang menghadapi kesehatan mental.

Tapi orang itu justru diperlakukan berbeda, dijauhi, bahkan sampai dianggap caper.

Kenapa.. Stigma ini tuh masih ada?

Alasannya adalah kurangnya edukasi serta pemahaman di lingkungan masyarakat.

Kenyataannya kita masih tumbuh dalam budaya yang banyak menormalkan penderitaan daripada menyarankan orang untuk mencari bantuan.

Seolah-olah berbicara soal perasaan itu tanda kelemahan, bukan keberanian.

Menurut penelitian dari World Health Organization (WHO), stigma kesehatan mental adalah salah satu alasan utama kenapa banyak orang enggan mencari bantuan. Mereka takut dihakimi, takut dianggap “berbeda,” atau bahkan takut kehilangan pekerjaan dan relasi sosial mereka. Akibatnya, banyak yang memilih untuk diam dan berpura-pura semuanya baik-baik saja.

Dampak Stigma terhadap Individu dengan Gangguan Mental

Aku lumayan sering berbicara dengan beberapa teman yang sedang mengalami masalah.

Banyak dari mereka yang membutuhkan waktu lama untuk pada akhirnya memilih untuk mencari bantuan profesional.

Alasannya ya karena mereka takut, malu, ragu kalau meminta bantuan kepada teman sekitarnya.

Takut dianggap lemah, malu jika punya kelemahan, ragu apakah benar butuh bantuan atau hanya ‘terlalu berlebihan’

Stigma seperti ini yang pada akhirnya membuat banyak orang enggan untuk mencari bantuan, tapi malah memperburuk kondisi mereka.

Pada akhirnya mereka akan semakin merasa kesepian, sendirian, dan semakin merasa kesulitan.

Padahal gangguan mental itu sama seperti gangguan fisik.

Kalau kita sakit demam kita ke dokter. Kalau pikiran yang lagi sakit, apa kita disuruh menyelesaikan sendiri?

Bagaimana Cara Mengurangi Stigma Kesehatan Mental?

Ketika kamu membaca artikel ini, apa yang akan kamu lakukan untuk mengurangi stigma kesehatan mental?

Apa yang bisa kita lakukan?

Aku nggak bisa bilang ini mudah, tapi ada beberapa cara yang bisa kita lakukan mulai dari diri sendiri:

  1. Edukasi Diri Sendiri dan Orang Lain. Memulai dengan memahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Belajar lebih banyak tentang depresi, kecemasan, dan berbagai kondisi mental lainnya agar kita tidak mudah menghakimi.
  2. Berani Bicara dan Mendukung
    Kalau ada teman atau keluarga yang berbagi cerita tentang kesehatan mental mereka, dengarkan tanpa buru-buru memberi saran atau menghakimi. Terkadang, mereka hanya butuh didengar.
  3. Gunakan Bahasa yang Lebih Sensitif
    Hindari kata-kata seperti “gila” atau “lemah” ketika berbicara tentang kesehatan mental. Kata-kata yang lebih baik seperti “sedang berjuang” atau “butuh dukungan” bisa membuat perbedaan besar.
  4. Dukung Akses Bantuan Profesional
    Jangan ragu untuk menyarankan terapi atau psikolog jika seseorang membutuhkannya. Pergi ke psikolog bukan sesuatu yang memalukan, melainkan langkah berani untuk sembuh.

Saatnya Berani Bicara dan Bersikap Lebih Empati

Memperbaiki stigma kesehatan mental itu bukan tugas satu orang, tapi tugas kita semua.

Kita bisa mulai dari hal kecil—dengan memahami, mendukung, dan berhenti menghakimi.

Karena setiap orang punya hak untuk merasa didengar, dimengerti, dan yang penting, mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

Kesehatan mental bukan tanda kelemahan. Berani bicara adalah langkah pertama untuk sembuh.

“There is no health without mental health.” — WHO

Share ya!
Facebook
X
Pinterest
WhatsApp
LinkedIn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *