Kalau kamu pengen berkembang, pasti kamu mencari tahu arti apa itu mindset.
Pernah gak, kamu ngerasa gagal bukan karena kamu gak mampu,
tapi karena dari awal udah bilang ke diri sendiri,
“Ah, kayaknya aku emang gak bisa deh.”
Kalimat itu kelihatannya sederhana. Tapi percaya atau enggak,
cara kamu mikir dan ngomong ke diri sendiri — bisa jadi kunci utama kenapa kamu stuck di tempat yang sama.
Dan dari sinilah kita mulai memahami apa itu mindset.
Pengertian Apa Itu Mindset?
Secara sederhana, arti mindset adalah cara berpikir.
Lebih tepatnya, apa itu mindset adalah sistem kepercayaan yang kita miliki — tentang diri sendiri, tentang orang lain, dan tentang dunia.
Apa itu mindset ini jadi lensa yang memengaruhi bagaimana kita merespon pengalaman, tantangan, bahkan peluang yang datang.
Menurut Dr. Carol Dweck, psikolog dari Stanford University yang dikenal lewat bukunya Mindset: The New Psychology of Success,
“Mindset adalah keyakinan dasar yang kita miliki tentang kemampuan dan potensi kita. Keyakinan ini akan membentuk bagaimana kita belajar, menghadapi tantangan, dan bertumbuh.”
Bedanya Apa itu Mindset, Attitude, dan Belief
-
Mindset → sistem kepercayaan utama yang membentuk persepsi dan cara kita mengambil keputusan
-
Attitude → sikap atau reaksi emosional terhadap sesuatu (respon sesaat)
-
Belief → keyakinan personal (seringkali diwarisi atau dibentuk dari pengalaman)
Kalau apa itu mindset adalah fondasi rumah, maka attitude adalah warna catnya — yang bisa berubah, tapi fondasi tetap menentukan bentuknya.
Kenapa Mindset Itu Penting?
Karena mindset memengaruhi hampir semua hal dalam hidup:
- Cara kita melihat kegagalan
- Cara kita menilai kemampuan diri sendiri
- Seberapa berani kita mengambil risiko
- Seberapa gigih kita bertahan saat hal-hal gak berjalan sesuai rencana
Apa itu mindset bukan cuma bikin kita “berpikir positif”, tapi juga menentukan arah hidup.
Sebuah studi dari Stanford University dan APA (American Psychological Association) menemukan bahwa siswa dengan growth mindset memiliki tingkat motivasi belajar dan prestasi akademik yang jauh lebih tinggi dibanding mereka yang punya fixed mindset.
Jadi, kalau kamu pernah bertanya “mindset itu artinya apa?” —
Jawabannya adalah: cara kamu melihat dan memaknai dunia,
yang akhirnya menentukan hidup seperti apa yang kamu jalani.
Jenis-Jenis Mindset yang Perlu Diketahui
Yang dimaksud apa itu mindset bukan cuma satu bentuk.
Ada banyak jenis mindset yang tanpa sadar kita bawa dalam kehidupan sehari-hari.
Dan mengenal jenis-jenisnya bisa bantu kita lebih sadar:
Selama ini, aku berpikir pakai pola yang mana, ya?
Growth Mindset vs Fixed Mindset
Konsep yang diperkenalkan oleh Carol Dweck ini adalah fondasi utama dalam memahami mindset.
-
Growth Mindset: percaya bahwa kemampuan bisa berkembang lewat usaha, belajar, dan kegagalan.
Contoh: “Aku belum bisa sekarang… tapi kalau aku terus latihan, aku akan bisa.”
-
Fixed Mindset: percaya bahwa bakat dan kemampuan adalah bawaan lahir, dan gak bisa berubah.
Contoh: “Aku emang bodoh di matematika, dari dulu juga gitu.”
Studi Dweck (2006) menunjukkan bahwa siswa dengan growth mindset lebih mungkin mencoba tantangan baru, lebih tahan terhadap kegagalan, dan memiliki performa akademik yang lebih baik.
Mindset Positif vs Negatif
-
Mindset Positif: fokus pada kemungkinan, harapan, dan pembelajaran di balik kejadian.
Contoh mindset positif: “Gagal itu sakit, tapi aku pasti dapat pelajaran penting dari sini.”
-
Mindset Negatif: fokus pada keterbatasan, rasa takut, dan pola pikir yang menyabotase diri sendiri.
Contoh mindset negatif: “Pasti gak akan berhasil, ngapain juga dicoba?”
Mindset positif terbukti berpengaruh langsung pada kesehatan mental, sebagaimana disebut dalam artikel di Psychology Today dan Verywell Mind.
Abundance vs Scarcity Mindset
- Abundance → percaya bahwa hidup penuh peluang, dan kesuksesan orang lain tidak mengurangi peluang kita
- Scarcity → merasa dunia penuh keterbatasan, dan kalau orang lain berhasil, kita yang akan kalah
Victim vs Owner Mindset
-
Victim → menyalahkan keadaan, merasa tidak berdaya
“Aku begini karena lingkungan aku begini.”
-
Owner → bertanggung jawab atas pilihan dan hidupnya
“Aku gak bisa kontrol semuanya, tapi aku bisa milih cara responku.”
Seperti apa mindset kita sehari-hari, akan menentukan seberapa jauh kita mau melangkah —
dan seberapa kuat kita kembali saat jatuh.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Mindset
Mindset kita hari ini gak muncul begitu aja.
Ia adalah hasil dari perjalanan panjang — dari hal-hal yang kita lihat, dengar, alami, dan rasakan sejak kecil.
Kita tumbuh dalam banyak cerita.
Dan dari cerita-cerita itu, pelan-pelan kita mulai percaya:
“Aku bisa” atau “Aku gak akan pernah cukup.”
Lalu, faktor apa saja sih yang secara gak sadar membentuk cara kita berpikir?
1. Lingkungan Keluarga dan Pendidikan
Coba ingat lagi, waktu kecil…
apakah kamu lebih sering dipuji atas usaha atau hasil?
Misalnya:
- “Wah, kamu pintar banget!”
- atau “Wah, kamu rajin banget belajar, ya!”
Menurut riset dari Carol Dweck, pujian atas proses (effort-based praise) jauh lebih berdampak membentuk growth mindset dibanding pujian atas hasil (talent-based praise).
Anak-anak yang tumbuh dengan lingkungan yang suportif, yang mengizinkan mereka gagal dan mencoba lagi, cenderung punya keyakinan bahwa kemampuan bisa ditumbuhkan.
Sebaliknya, kalau dari kecil kita ditakut-takuti gagal, atau dibandingkan terus dengan orang lain,
maka terbentuklah fixed mindset yang bilang:
“Gagal itu aib. Kalau gak bisa dari awal, mending gak usah dicoba.”
2. Pengalaman Hidup dan Luka dari Masa Lalu
Pengalaman membentuk apa itu mindset kita.
Terutama pengalaman yang menyakitkan.
Pernah dicuekin saat mencoba?
Pernah ditolak mentah-mentah karena ide yang kamu kasih?
Pernah gagal di depan orang banyak?
Semua itu, kalau gak disembuhkan, bisa menanamkan apa itu mindset yang membatasi:
- “Aku gak cukup baik.”
- “Orang kayak aku gak akan bisa berhasil.”
- “Aku harus jadi sempurna biar diterima.”
Dan tanpa sadar, luka-luka itu kita bawa sampai dewasa.
Makanya, penting banget mengenali dari mana sebenarnya pola pikir itu berasal.
3. Lingkungan Sosial dan Pergaulan
Teman-teman yang kamu temui, komunitas yang kamu ikuti, bahkan media sosial yang kamu konsumsi — semuanya ikut membentuk apa itu mindset buat kamu.
Kalau kamu dikelilingi orang yang suportif, terbuka, dan suka belajar, kamu akan terbiasa percaya bahwa hidup itu bisa ditumbuhkan.
Tapi kalau tiap hari kamu denger kalimat kayak:
“Ngapain sih usaha? Toh tetap gitu-gitu aja.”
“Atur mindset tuh kayak motivasi murahan.”
— pelan-pelan kamu bisa ikut percaya.
Kita adalah rata-rata dari lima orang yang paling sering kita ajak ngobrol.
Dan apa itu mindset kita pun ikut terbentuk dari percakapan yang kita ulang terus setiap hari.
4. Media dan Informasi yang Dikonsumsi
Zaman sekarang, kamu bisa lihat ribuan narasi setiap hari: di TikTok, X, Instagram, YouTube.
Dan semua itu — baik yang menginspirasi, maupun yang menekan — akan membentuk persepsi kita tentang dunia dan diri sendiri.
Kalau kamu terus-terusan lihat konten yang bikin kamu ngerasa kurang, gak berkembang, atau ketinggalan…
bukan gak mungkin kamu mulai percaya bahwa hidupmu “salah jalur.”
5. Kebiasaan dan Rutinitas Harian
Hal kecil seperti cara kamu menanggapi kegagalan,
cara kamu ngobrol ke diri sendiri saat salah,
atau cara kamu menyusun hari — semuanya ikut menguatkan pola pikir yang kamu bentuk.
Misalnya, kalau kamu terbiasa nge-judge diri sendiri saat gagal,
tanpa sadar kamu lagi melatih otak untuk mengasosiasikan kegagalan dengan ketakutan.
Apa itu mindset bukan hal statis. Ia bisa dibentuk.
Tapi sebelum kita mengubahnya, kita harus tahu dulu:
mindset ini lahir dari mana?
Cara Membentuk dan Mengubah Mindset Menjadi Lebih Positif
Apa itu mindset adalah hal yang bukan takdir.
Bukan juga label permanen yang nempel sejak lahir.
Mindset itu bisa tumbuh. Bisa dilatih. Bisa berubah.
Bahkan pelan-pelan… bisa menyelamatkan hidup kita dari rasa “gak cukup.”
Tapi, gimana caranya?
✨ 1. Mulai dari Self-Awareness: Kenali Pola Pikir yang Kamu Pakai
Langkah pertama yang sering terlupakan adalah sadar.
Sadar kalau kamu punya pola pikir tertentu.
Sadar bahwa suara kecil di kepalamu itu bukan kebenaran mutlak—tapi mungkin cuma rekaman lama dari masa lalu.
Coba tanyakan ke diri sendiri:
- Saat gagal, aku biasanya ngomong apa ke diri sendiri?
- Saat lihat orang lain lebih berhasil, aku merasa…?
Kalau kamu selalu bilang “aku bodoh”, “aku gak bisa kayak mereka”…
mungkin kamu belum menyadari betapa mindset-mu sedang mengurung potensi yang kamu punya.
🔎 2. Identifikasi Limiting Beliefs
Limiting beliefs adalah keyakinan yang membatasi.
Misalnya:
- “Aku emang bukan orang yang bisa sukses.”
- “Gak ada yang benar-benar sayang sama aku.”
- “Hidup aku mah emang gini-gini aja.”
Ini adalah suara-suara yang terasa nyata, tapi belum tentu benar.
Dan mereka sering jadi pondasi mindset negatif yang bikin kita gak berkembang.
Langkah awal mengubah apa itu mindset adalah: sadar bahwa kamu punya suara itu.
Langkah selanjutnya: tantang dan ganti pelan-pelan dengan keyakinan baru.
🗣️ 3. Latihan Afirmasi Positif yang Konsisten
Afirmasi bukan mantra sulap.
Tapi ini cara untuk “menyuntikkan ulang” kepercayaan ke dalam sistem pikirmu.
Contoh afirmasi sederhana:
- “Aku sedang belajar. Aku belum bisa sekarang, tapi aku akan terus berkembang.”
- “Kesalahan bukan tanda kegagalan, tapi proses untuk bertumbuh.”
Kamu bisa tulis di jurnal, tempel di cermin, atau baca sebelum tidur.
Lama-lama, otakmu akan mulai membentuk jalur baru — yang disebut neuroplasticity — kemampuan otak untuk berubah seiring pengalaman baru.
🎯 4. Gunakan Visualisasi dan Goal Setting
Apa itu mindset kita akan lebih kuat kalau punya arah.
Coba visualisasikan: siapa kamu di masa depan yang paling kamu banggakan?
Bayangkan dengan detail — gaya hidupnya, kebiasaannya, cara dia menghadapi tantangan.
Lalu tuliskan langkah-langkah kecil yang bisa kamu mulai dari sekarang.
Gak perlu muluk-muluk. Yang penting, nyambung dengan versi dirimu yang kamu bayangkan.
📚 5. Bangun Growth Mindset Lewat Belajar Terus-Menerus
“Setiap kali kamu gagal, kamu bukan gagal.
Kamu lagi ngajarin otakmu cara baru untuk mencoba lagi.”
Kembangkan kebiasaan belajar: baca buku, nonton video edukatif, ikut kelas online.
Bukan demi jadi sempurna, tapi demi menumbuhkan keyakinan bahwa kamu bisa bertumbuh.
Studi dari Harvard Business Review juga menyebut bahwa organisasi yang mendorong growth mindset punya budaya kerja yang lebih sehat dan performa yang lebih baik. Sama halnya dengan individu.
Tips Harian untuk Menjaga Mindset Positif:
- Kurangi komparasi sosial → hidupmu gak harus seperti orang lain
- Jaga pola tidur, makan, dan olahraga → tubuh sehat bantu pikiran jernih
- Tulis gratitude journal → latih otak untuk melihat yang cukup
- Pelan-pelan detox media sosial → ikuti akun yang memberi insight, bukan tekanan
Hambatan Umum Saat Mengubah Mindset:
- Lingkungan yang masih skeptis
- Suara negatif dari diri sendiri
- Keinginan instan untuk langsung berubah
Ingat:
mengubah apa itu mindset bukan revolusi semalam. Tapi evolusi jangka panjang.
Contoh Mindset Orang Sukses dan Penerapannya
Kita sering lihat sosok sukses di luar sana dan mikir:
“Pasti mereka hebat dari lahir.”
Padahal kalau kamu dengar cerita mereka lebih dalam,
kamu akan sadar: yang bikin mereka bisa seperti sekarang…
bukan cuma skill, bukan juga nasib—tapi apa itu mindset.
Karena sukses jarang lahir dari kenyamanan.
Tapi tumbuh dari keberanian untuk gagal dan terus belajar.
Mindset Para Entrepreneur dan Pemimpin Hebat
Apa yang membedakan pemimpin atau pengusaha sukses dengan yang lainnya?
Jawabannya sering kali ada di pola pikir mereka:
- Mereka gak takut gagal, karena percaya bahwa setiap kegagalan adalah feedback.
- Mereka terbiasa bertanya: “Apa yang bisa aku pelajari dari ini?”, bukan “Kenapa aku selalu salah?”
- Mereka memegang growth mindset: bahwa skill dan hasil bisa dilatih, bukan ditakdirkan.
Jeff Bezos, misalnya, dikenal punya prinsip:
“Being wrong might hurt you a bit. But being slow will kill you.”
Ia memandang eksperimen — bahkan yang gagal — sebagai bagian penting dari inovasi.
Oprah Winfrey bilang:
“I don’t believe in failure. It is not failure if you enjoyed the process.”
Studi Kasus: Tokoh Sukses dan Pola Pikirnya
- Michael Jordan: Dulu ditolak dari tim basket SMA-nya. Tapi dia terus latihan.
Mindset-nya? “Aku belum cukup bagus. Tapi aku bisa terus belajar.” Sekarang, dia legenda. - JK Rowling: Ditolak 12 kali oleh penerbit saat mengajukan naskah Harry Potter.
Tapi dia percaya pada ceritanya, dan terus mencoba. - Najwa Shihab: Bukan hanya punya pemikiran kritis, tapi juga dikenal dengan cara dia memaknai proses dan value.
Di banyak wawancaranya, dia selalu bilang:
“Kita harus siap untuk tidak selalu didengar, tapi tetap memilih untuk menyuarakan.”
Mereka semua gak selalu menang.
Tapi mereka punya keyakinan bahwa gagal itu bagian dari bertumbuh.
Cara Menerapkan Mindset Sukses di Hidup Sehari-Hari
Kamu gak harus jadi miliarder atau public figure dulu untuk punya apa itu mindset kayak mereka.
Mulai dari hal kecil yang bisa kamu biasakan hari ini:
1. Saat Gagal, Ganti Pertanyaanmu
Daripada bilang: “Kenapa aku bodoh?”
Coba tanya: “Apa yang bisa aku ubah biar besok lebih baik?”
2. Jangan Takut Dimulai dari Nol
Semua orang hebat pernah jadi pemula.
Yang bikin beda adalah siapa yang bertahan cukup lama buat belajar dari setiap prosesnya.
3. Latih Konsistensi Kecil, Bukan Motivasi Besar
Motivasi itu naik turun.
Tapi kalau kamu punya mindset bahwa “progress kecil lebih baik dari berhenti,”
kamu akan terus jalan — bahkan saat gak semangat.
4. Belajar dari Orang Lain, Tapi Jangan Jadi Mereka
Apa itu mindset sukses bukan tentang meniru.
Tapi tentang menyerap prinsip mereka, dan menerapkannya dalam versi kamu sendiri.
Orang sukses bukan yang gak pernah gagal,
tapi yang tahu bahwa gagal adalah bagian dari jalan mereka.
Dan mindset adalah bekalnya.
Mindset Itu Bukan Soal Siapa Kita Hari Ini, Tapi Siapa Kita Ingin Jadi
Apa itu mindset bukan soal pintar atau enggak.
Bukan juga soal siapa yang paling cepat sukses.
Mindset adalah cara kamu memandang diri sendiri, dunia, dan kemungkinan di masa depan.
Dan kabar baiknya: apa itu mindset kita bisa dibentuk.
Pelan-pelan. Lewat kebiasaan, lewat pertanyaan, lewat keberanian untuk berubah.
Kalau kamu pernah bertanya “apa itu mindset?”,
maka jawabannya bukan hanya teori—tapi perjalanan yang kamu jalani setiap hari saat kamu memilih untuk bertumbuh.
Bukan karena kamu harus, tapi karena kamu layak.