Share

Ada Apa dengan Toxic Relationship?

Picture of Farhan Anggara
Farhan Anggara
Graphic Designer & Digital Marketer
toxic relationship

Toxic relationship atau yang biasa kita kenal dengan hubungan tidak sehat sampai sekarang masih ‘exist’ di lingkungan kita. Mungkin temen sekolah, temen tongkrongan, temen kerja, saudara, atau orang kenal jauh (mungkin), atau bahkan kamu sendiri pernah mengalami yang namanya hubungan nggak sehat.

Pacaran adalah fase dimana kita memiliki komitmen untuk menjalani hubungan asmara dengan orang lain. Kedua belah pihak telah sepakat untuk saling mengenal, saling berbagi, saling menghargai, saling mencintai dan menyayangi.

Tapi dalam masa hubungan tersebut terkadang ada beberapa orang mengalami ketidakcocokan sehingga mereka sepakat untuk berpisah. Tidak cocok di karakter, sifat, kebiasaan, dan lainnya.

Kenapa bisa menemukan ketidakcocokan ketika masa pacaran? Ini bisa memunculkan kemungkinan bahwa ketika berada fase pdkt (pendekatan) belum menemukan sesuatu yang tidak cocok itu.

Bisa jadi juga karena masa pdkt yang terbilang pendek, atau mungkin mereka tidak memiliki banyak waktu untuk saling mengenal. Maka diputuskanlah untuk saling mengenal lebih dalam pada fase pacaran.

Ketika pacaran, banyak orang memutuskan untuk bertahan ketika menemukan sesuatu yang tidak cocok dari pasangannya. Mungkin karena terlanjur sayang, terlanjur lama menjalani. Karena bertahan ini lah muncul yang namanya toxic relationship.

Apa itu Toxic Relationship?

Ada Apa dengan Toxic Relationship?
Photo by Pavel Danilyuk: https://www.pexels.com/photo/man-pointing-finger-at-a-woman-while-having-an-argument-6715866/

Toxic relationship disini banyak bentuknya ya. Toxic relationship itu sebuah hubungan tidak sehat yang dapat menyebabkan kerugian secara emosional, mental, fisik, dan finansial.

Contohnya ketika kamu sedang berada dalam hubungan dan mendapat kerugian berupa gangguan emosional, mendapatkan kekerasan fisik, kerugian finansial dari pasangan kamu, maka kamu sedang menjalani hubungan yang nggak sehat atau toxic relationship itu.

Seiring berjalannya hubungan yang dimana kita itu harus saling mengenal, ditengah jalan kita nemu sesuatu yang tidak cocok, misalnya pendapat. Perbedaan pendapat yang tidak bisa didiskusikan dan akan selalu diperdebatkan akan berakhir ketidakcocokan.

Salah satu diantara mereka yang sedang telibat hubungan asmara itu lebih mempertahankan egonya dibanding dengan menghargai pendapat pasangannya. Bukankah begitu?

Ini sebenernya masih bahas soal toxic relationship yang ringan. Kita belum ke pembahasan yang lebih berat. Ah elah..

Penyebab Hubungan Tak Sehat

Kalau bahas hubungan asmara sih, bisa beda-beda karena pengalaman orang juga masing-masing berbeda.

Tapi kalau bahas penyebab toxic relationship sendiri bisa beragam, itu juga bergantung pada latar belakang dan kondisi dari seseorang. Bisa jadi juga dari kesehatan mental seseorang yang tidak terdiagnosis, seperti depresi, ganggua kecemasan, trauma.

Selain itu juga bisa didasari dari kepribadian seseorang. Seperti halnya orang yang memiliki sifat emosional, berwatak keras, hingga suka mengontrol. Tapi perlu diingat kalau orang yang memiliki sifat tersebut belum tentu tidak baik untuk menjadi pasangan seseorang. Setiap orang pasti punya sisi baiknya 🙂

Bermula dari kesehatan mental yang tidak sehat atau sebuah kepribadian seseorang, itulah yang nanti ujungnya akan merugikan pasangannya ketika sedang menjalin hubungan.

Ada orang berpendapat “Jangan pacaran sama orang yang belum selesai dengan masa lalunya..”. Benarkah pernyataan tersebut?

Ini berkaitan sama trauma, benar begitu? Orang yang belum selesai dengan masa lalunya, itu berarti dia sedang merasakan trauma.

Ciri-ciri Toxic Relationship

Kalau kamu ada yang merasa hubungan sudah tidak sehat, apakah kamu berada di salah satu tanda-tanda berikut? Atau bahkan semuanya?

1. Kurang Dukungan

Kita tahu kalau dukungan dari pasangan adalah hal yang paling diinginkan untuk meraih apa yang kita inginkan. Konsep dari pacaran itu sendiri salah satunya ya saling mendukung apapun yang ingin di raih.

Tapi kalau misalnya pasangan kamu melihat pencapaian kamu sebagai kompetensi, bisa jadi hubungan kamu udah nggak sehat. Ini sih namanya tidak menghargai pasangan yak?

2. Komunikasi Tidak Baik

Komunikasi itu salah satu intisari sebuah hubungan. Apapun kondisinya, bukankah harus selalu dikomunikasikan untuk didiskusikan?

Misal kamu sedang down, dan kamu ingin sebuah dukungan dari pasangan. Tapi yang kamu dapat malah kritik, atau perdebatan yang nggak berujung.

Pada akhirnya kamu memilih untuk tidak membicarakannya karena kamu sendiri akan tahu kalau itu sia-sia.

3. Cemburu, Posesif

Ini menurutku pribadi, cemburu adalah sebuah perasaan takut, cemas, khawatir, atau marah terhadap pasangan. Kalau kata Dilan “cemburu itu untuk orang yang nggak percaya diri..” hiks

Cemburu itu sebenarnya wajar kalau konteksnya kepedulian. Tapi kalau cemburunya berlebihan itu baru nggak sehat. Apalagi sampai bertindak diluar nalar kayak melabrak orang yang dicemburui.

Hubungan nggak sehat itu juga bisa timbul dari sifat posesif dari pasangan. Posesif itu perasaan ingin memiliki secara lebih, yang bahkan sampai pasangannya tidak bisa berbuat sesuai dengan keinginannya sendiri.

Udah cemburu, minta dikabarin terus, ngelarang kamu keluar sama lawan jenis lain, harus nurut sama pasangan kamu. Yaudah itu tanda kamu lagi di hubungan yang nggak sehat.

4. Sulit Menjadi Diri Sendiri

Dampak dari seringnya mendapat kontrol dari pasangan kamu, akhirnya kamu jadi nggak bisa jadi diri sendiri. Kamu akan terus menuruti keinginan dia, bersikap dan bertindak dengan apa yang dia mau, dan itu semua bukan kehendak kamu.

Dan sayangnya, banyak orang tidak sadar akan hal itu. Karena kebiasaan, akhirnya kehilangan diri sendiri. Mungkin kamu akan kepikiran kalau bertindak sesuai keinginan akan salah di mata dia. Seperti berpendapat misalnya.

5. Kekerasan Fisik

Kalau yang ini udah termasuk ‘next level’ toxic relationship. Dari kurang dukungan, komunikasi tidak baik, hingga akhirnya muncul rasa cemburu, posesif, hingga akhirnya kamu sulit menjadi diri sendiri. Ketika muncul perselisihan, emosi tidak dapat dikontrol hingga akhirnya ‘main tangan’.

Inget! Kekerasan fisik dalam sebuah hubungan itu tidak pernah dibenarkan. Apapun masalahnya, tidak ada manusia yang berhak mendapat kekerasan fisik dalam hubungan.

Kesimpulan?

Tidak semua hubungan yang sedang renggang dikatakan sebagai toxic relationship. Dan seseorang yang sudah terjebak dalam toxic relationship, kebanyakan akan kehilangan jati diri dan kepercayaan diri. Dampaknya akan mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.

Keluar dari toxic relationship memang tidak mudah. Iya, banyak cobaannya. Tapi satu hal penting yang harus kamu inget adalah, mencintai dirimu sendiri adalah hal yang penting.

Baca Juga: Benarkah Kita Harus Mengambil Resiko Jika Ingin Sukses?

Share ya!
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *