Ketika FOMO Adalah Cermin Insecure, Ini Cara Mengatasi Fomo

Picture of Farhan Anggara
Farhan Anggara
Graphic Designer & Digital Marketer
FOMO adalah rasa takut tertinggal karena perbandingan sosial. Temukan cara untuk menghadapinya dan mulai berdamai dengan hidupmu sendiri.
fomo adalah

Fomo adalah salah satu sifat manusia yang sekarang lagi ngetrend di kalangan muda.

Pernah nggak sih, kamu buka Instagram atau Threads,

terus ngeliat story temen yang udah nikah, udah punya anak, punya bisnis sendiri, atau lagi staycation di luar negeri?

Kamu scroll, scroll, scroll…
Terus tiba-tiba muncul satu bisikan kecil di dalam hati:

“Kok aku belum sampai sana juga ya?”

Tenang, kamu nggak sendirian.

Perasaan seperti ini dikenal dengan istilah FOMO—Fear of Missing Out.

Dan FOMO adalah cermin kecil yang nunjukin ke kita bahwa mungkin…

Ada rasa insecure yang diam-diam kita bawa tiap hari.

FOMO Itu Bukan Salahmu..

Kita hidup di era digital yang selalu online, selalu upfat, dan selalu pamer pencapaian.

Sosial media berubah jadi etalase kehidupan orang lain yang keliatan sangat ideal.

Tapi kita itu lupa,

Kalau itu tuh cuma highlight, bukan realita.

Yang ditunjukin itu hasilnya, bukan prosesnya.
Yang ditampilin itu senyumannya, bukan tangisannya.

“Temanmu yang kelihatannya happy terus di story mungkin juga sedang struggling. Kita nggak tahu. Dan sering kali, kita mengira rumput tetangga lebih hijau… padahal dia juga pakai filter yang sama.”

Bener kan?

Menurut penelitian oleh Przybylski dkk. (2013), FOMO muncul saat seseorang merasa bahwa kehidupannya tidak cukup memuaskan dibandingkan dengan yang dilihat dari orang lain.

Dan FOMO punya hubungan erat dengan penurunan kepuasan hidup dan peningkatan kecemasan.

Nyatanya, Hidup Ideal Itu Konsep yang Fleksibel

Kadang kita berpikir hidup ideal itu:

umur 25 udah punya rumah
umur 27 udah nikah
umur 30 udah mapan

Tapi pertanyaannya:

Kata siapa?
Itu standar siapa?

Apa kamu bener-bener ingin itu, atau kamu cuma merasa “harus” ingin itu karena semua orang bilang begitu?

“Kita berhak menempuh jalan hidup kita masing-masing tanpa perlu mengikuti standar yang sudah ada.”

Ada sebuah riset yang mengatakan:

“Manusia secara alami membandingkan diri mereka dengan orang lain untuk mengukur “keberhasilan.” Tapi ketika perbandingan ini terus terjadi tanpa kendali, itu bisa merusak citra diri sendiri.”

Dan menurutku, hidup ideal itu bisa banget ditentukan oleh kita sendiri.

Buat sebagian orang, ideal itu tabungan cukup, bisa beli kopi setiap minggu, tidur nyenyak tanpa stres, dan punya waktu buat nonton film kesukaan.

Karena kenyataanya kita punya tujuan hidup masing-masing.

Cara Mengatasi FOMO, Bukan Sekadar “Unfollow” atau “Jauh dari Medsos”

Iya, detox media sosial penting. Tapi bukan itu inti dari semuanya.

Yang penting adalah bagaimana kita mengelola emosi dan ekspektasi dalam diri sendiri.

Inilah beberapa cara mengatasi FOMO secara emosional:

1. Validasi Perasaanmu

“Ya, aku emang ngerasa ketinggalan.”

Dan itu normal. Wajar banget.

Mengakui perasaan bukan kelemahan, itu justru kekuatan pertama buat berubah.

2. Sadari Bahwa Standar Itu Bisa Kamu Tulis Sendiri

Kita tumbuh dengan doktrin “harus begini-begitu di umur tertentu”.

Padahal hidup itu bukan checklist.

Kita semua punya start dan finish yang beda.

3. Fokus pada Proses, Bukan Kecepatan

Kalau kamu merasa lambat, bukan berarti kamu gagal.

Kamu cuma sedang jalan di tempo yang lebih pas untuk dirimu sendiri.

4. Tentukan Sendiri “Versi Ideal” Hidupmu

Nggak semua orang perlu rumah mewah atau bisnis besar.

Mungkin kamu cuma ingin tenang.
Ingin sehat.
Ingin bahagia dan punya orang-orang yang kamu sayangi.

Dan itu cukup banget.

5. Berhenti Membandingkan, Mulai Menyadari

cara mengatasi fomo
Cara mengatasi fomo: Berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain. X.com

Sebenernya, cara mengatasi fomo adalah dengan berhenti membandingkan.

Jangan samakan hidup kita dengan orang lain.

Bandingin aja dirimu hari ini dengan dirimu satu tahun lalu.

Lihat sejauh apa kamu udah bertumbuh.

Kalau kamu bisa bertahan sejauh ini—itu udah luar biasa.

Kamu Nggak Ketinggalan, Kamu Lagi Proses

Kita semua lagi jalan di track masing-masing.

Dan nggak ada finish line yang sama.

Mungkin kamu belum punya semua yang kamu mau sekarang—tapi kamu punya dirimu sendiri yang terus berjuang.

“Kalau hidup orang lain terlihat ideal, kamu juga bisa menciptakan versi idealmu sendiri.”

Nggak perlu mewah. Yang penting: bermakna.

Dan itu cukup. Selalu cukup.

“Don’t compare your chapter 1 to someone else’s chapter 20.” – Anonymous

Share ya!
Facebook
X
Pinterest
WhatsApp
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *