Banyak dari generasi sekarang bertanya, sebenernya overthinking itu apa?
Pernah gak sih, kamu gak ngapa-ngapain seharian…
tapi malamnya tetap ngerasa capek banget?
Bukan capek karena lari keliling lapangan. Bukan juga karena kerjaan yang numpuk.
Tapi karena otakmu gak berhenti ngomongin hal yang sama… berulang-ulang.
“Harusnya tadi aku gak ngomong gitu.”
“Kenapa dia balesnya kayak gitu ya?”
“Gimana kalau ternyata aku salah ambil keputusan?”
Padahal semua udah lewat. Atau belum terjadi sama sekali.
Tapi kepalamu terus memutar ulang adegan yang sama dengan seribu versi “kalau-kalau.”
Dan yang lebih melelahkan, kamu sendiri gak tahu caranya berhenti.
Itu mungkin bukan sekadar mikir keras.
Tapi tanda bahwa kamu sedang mengalami sesuatu yang sering banget gak kelihatan: overthinking.
Overthinking Itu Apa, Sih?
Apa itu Overthinking bukan cuma mikir banyak hal.
Tapi mikir terlalu dalam, terlalu sering, dan terlalu lama — sampai kamu sendiri lelah dibuatnya.
Menurut psikolog Susan Nolen-Hoeksema dari Yale University,
Overthinking adalah kecenderungan untuk menganalisis, memikirkan ulang, dan mengulang-ulang pikiran negatif secara terus-menerus, terutama tentang masa lalu dan masa depan.
Beda dengan berpikir kritis, yang tujuannya menyelesaikan masalah,
overthinking itu apa yang justru bikin kamu stuck.
Kamu sibuk muter-muter di kepala sendiri… tanpa tahu harus ke mana.
Contohnya?
- Kamu mikir terus soal obrolan tadi siang, padahal orangnya udah lupa
- Kamu belum mulai apa-apa, tapi udah ngebayangin gagal duluan
- Kamu nanya ke orang, tapi malah gak percaya sama jawabannya
Overthinking itu apa yang kayak duduk di mobil, injek gas… tapi gak pindahin gigi.
Capeknya dapet, tapi gak jalan ke mana-mana.
Dan yang bikin sedih, kondisi ini gak kelihatan dari luar.
Kamu tetap kerja, tetap senyum, tetap jawab chat.
Tapi di dalam, kamu lagi perang sama pikiran yang gak bisa kamu matiin.
Ciri-Ciri Kalau Kamu Sedang Overthinking
Kadang kita gak sadar kalau kita sedang memikirkan apa itu overthinking.
Karena dari luar semuanya kelihatan biasa aja.
Tapi di dalam kepala… kayak ada suara yang gak mau berhenti ngomong.
Kalau kamu ngerasa beberapa hal ini, mungkin kamu sedang mengalami overthinking:
Mengulang-ulang kejadian yang udah lewat
Kamu terus mikir soal omongan atau kejadian beberapa jam—bahkan hari—yang lalu.
“Harusnya tadi aku jawabnya begini.”
“Kenapa dia ngelihat aku kayak gitu ya?”
Padahal orang lain mungkin udah lupa. Tapi kamu masih belum selesai di kepala sendiri.
Sering mikir “Gimana kalau…” dengan versi terburuk
Belum kejadian aja udah ngebayangin semua kemungkinan gagal.
Dan biasanya, yang dibayangin malah yang paling serem.
Susah tidur, meski badan udah capek
Kamu pengen tidur. Tapi otakmu malah sibuk ngebahas semua hal yang belum kamu tuntaskan… atau gak bisa kamu kontrol.
Sulit ambil keputusan karena takut salah
Kamu terus menimbang, terus nyari validasi, terus nunda.
Karena takut hasilnya gak sesuai ekspektasi.
Dan akhirnya kamu capek sendiri, karena gak maju-maju.
Sering menyalahkan diri sendiri
Setiap kesalahan, sekecil apa pun, langsung kamu arahkan ke diri sendiri.
Padahal belum tentu salahmu. Tapi pikiranmu gak berhenti nyalahin kamu.
Gelisah tanpa tahu penyebabnya
Gak ada masalah yang jelas. Tapi kamu ngerasa ada yang salah.
Kayak ada beban… tapi kamu gak tahu itu datang dari mana.
Kalau kamu nemu 3 atau lebih dari ciri-ciri di atas,
mungkin ini waktunya kamu mulai jujur ke diri sendiri:
“Aku lagi terlalu keras mikirin sesuatu yang bahkan belum tentu nyata.”
Kenapa Kita Bisa Jadi Overthinker?
Banyak yang mikir, overthinking itu apa yang disebut juga kelemahan.
Padahal, sering kali overthinking muncul justru karena kita terlalu peduli.
Terlalu peduli sama hasil, terlalu peduli sama penilaian orang,
terlalu peduli jangan sampai nyakitin siapa pun—sampai akhirnya malah nyakitin diri sendiri.
Berikut ini beberapa penyebab kenapa kita jadi overthinker:
1. Perfeksionisme
Kita pengen semuanya berjalan sempurna.
Dan saat ada hal kecil yang meleset, pikiran langsung muter: “Salah aku gak ya?”
Studi dari Clinical Psychology Review menyebutkan bahwa perfectionism adalah salah satu faktor utama pemicu overthinking itu apa, karena otak terbiasa mencari celah yang salah.
2. Trauma atau Pengalaman Buruk
Kalau dulu pernah disalahkan atau ditinggalkan karena kesalahan kecil,
kita jadi lebih waspada.
Dan kewaspadaan itu, kalau gak dikelola, bisa berubah jadi overthinking.
3. Rasa Tidak Percaya Diri
Orang yang punya self-esteem rendah cenderung lebih banyak overthinking itu apa, karena mereka gak yakin dengan nilai diri sendiri.
Setiap keputusan terasa berat, karena takut dinilai salah.
4. Tekanan Lingkungan & Sosial Media
Kita hidup di era serba cepat dan penuh pembanding.
Orang lain terlihat sukses, kita jadi mikir: “Aku udah cukup belum?”
Scroll satu story aja bisa bikin kamu overthinking semalam suntuk.
Overthinking itu apa yang bukan karena kamu lemah.
Tapi karena kamu belum menemukan cara yang tepat untuk tenang.
Dan kabar baiknya: itu bisa dipelajari.
Dampak Overthinking terhadap Kesehatan Mental
Mikir itu baik. Tapi kalau terlalu sering, terlalu dalam, dan tanpa arah—itu bisa jadi bumerang.
Karena apa itu overthinking bukan cuma soal sibuk di kepala.
Tapi juga soal bagaimana tubuh dan mental ikut lelah tanpa kita sadari.
Dan dampaknya gak main-main.
Kecemasan yang Berkepanjangan
Pikiranmu terus-terusan ada di “what if” mode.
Akhirnya kamu hidup dalam ketakutan akan kemungkinan yang belum tentu terjadi.
Menurut Journal of Anxiety Disorders, overthinking itu apa yang berkorelasi kuat dengan peningkatan gejala anxiety.
Gangguan Tidur
Kepala penuh, hati gelisah, mata melek.
Kamu capek, tapi gak bisa tidur. Dan itu bikin kamu makin capek keesokan harinya.
Penurunan Kualitas Hubungan
Kamu jadi terlalu sensitif, terlalu curiga, atau malah terlalu diam.
Karena pikiranmu sibuk menafsirkan ulang setiap kata dan sikap orang lain.
Produktivitas Menurun
Kamu ragu mulai, ragu melangkah, dan ragu menyelesaikan.
Karena semuanya terasa salah.
Akhirnya bukan karena gak bisa… tapi gak sempat karena terlalu sibuk mikir.
Baca Juga: Produktivitas Kerja Adalah: Pengertian & Cara Meningkatkan
Lingkaran Self-Blame
Overthinking sering bikin kamu menyalahkan diri sendiri,
padahal belum tentu salahmu.
Dan itu, lama-lama, mengikis harga diri kamu dari dalam.
Apa itu overthinking bukan cuma kebiasaan jelek.
Kalau dibiarkan, ia bisa menggerogoti hidupmu pelan-pelan.
Dan justru karena itu, kita butuh cara… walau pelan, buat keluar dari pusarannya.
Baca Juga: Penyebab Kesehatan Mental yang Sering Banget Kita Abaikan
6 Cara Pelan-Pelan Mengurangi Overthinking
Berhenti overthinking itu apa yang disebut gak instan.
Tapi bisa banget dilakukan—dengan cara yang sederhana, pelan-pelan, dan konsisten.
Berikut ini beberapa hal yang bisa kamu mulai coba:
1. Tulis Isi Kepala
Daripada muter-muter di pikiran, tulis semuanya.
Nggak harus rapi, yang penting keluar.
Kadang kita cuma butuh “melihat” pikiran kita di atas kertas biar bisa mengatur ulang.
2. Teknik Grounding & Mindfulness
Coba tarik napas dalam-dalam, fokus ke suara sekitar, atau rasakan apa yang kamu sentuh.
Latih pikiran buat balik ke “sekarang,” bukan terus nyasar ke masa lalu atau masa depan.
3. Ambil Keputusan Kecil Tanpa Nunda
Latih diri buat ambil keputusan sederhana.
Pilih baju, pilih makan siang, pilih jalan pulang.
Biar otak belajar: gak semua keputusan harus bikin stres.
4. Batasi Sosial Media
Gak semua yang kamu lihat harus kamu bandingkan.
Scroll secukupnya, bukan buat menyiksa diri.
5. Cerita ke Orang yang Kamu Percaya
Kadang, saat kita ngomongin sesuatu, isinya gak seseram yang ada di kepala.
Dan saat ada yang dengerin, beban itu bisa berkurang.
6. Cari Bantuan Profesional
Kalau overthinking udah terasa mengganggu keseharian,
konsultasi ke psikolog bukan tanda kamu lemah.
Itu justru tanda kamu peduli sama diri sendiri.
Apa itu overthinking bukan kutukan.
Ia cuma sinyal—bahwa ada sesuatu dalam dirimu yang sedang berusaha dipahami.
Dan kamu bisa mulai tenangin itu.
Pelan-pelan. Gak harus sempurna. Tapi konsisten.
Kesimpulan,
Apa itu overthinking itu bukan tanda kamu gagal jadi manusia.
Bukan juga bukti kamu lemah.
Kadang, pikiranmu sibuk karena kamu terlalu peduli,
terlalu takut salah, terlalu ingin semua baik-baik aja.
Dan itu wajar.
Tapi kamu juga berhak tenang.
Berhak istirahat dari suara-suara yang gak pernah berhenti di kepala.
Mulai dari hal kecil: tulis isi pikiranmu, tarik napas panjang, cerita ke orang yang kamu percaya.
Kamu gak harus memerangi pikiranmu.
Cukup dengarkan, peluk, dan tenangkan dia perlahan.
Karena kamu layak untuk damai—bahkan di dalam kepala sendiri.
Overthinking itu apa yang bukan tanda kamu gagal jadi manusia.
Bukan juga bukti kamu lemah.
Kadang, pikiranmu sibuk karena kamu terlalu peduli,
terlalu takut salah, terlalu ingin semua baik-baik aja.
Dan itu wajar.
Tapi kamu juga berhak tenang.
Berhak istirahat dari suara-suara yang gak pernah berhenti di kepala.
Mulai dari hal kecil: tulis isi pikiranmu, tarik napas panjang, cerita ke orang yang kamu percaya.
Kamu gak harus memerangi pikiranmu.
Cukup dengarkan, peluk, dan tenangkan dia perlahan.
Karena kamu layak untuk damai—bahkan di dalam kepala sendiri.